Iwan Sunito Warga Indonesia Sukses Di Australia ( Negeri Kanguru )

Diposkan oleh Unknown on Thursday, April 4, 2013


http://feway.blogspot.com/2012/10/harga-dan-spesifikasi-samsung-galaxy.html
Pengalaman Unik dan Konyol Belajar Bahasa Inggris
CROWN Group tumbuh pesat, dan menjadi ternama
dalam industri properti Sydney, Australia. Dalam kurun waktu 15 tahun, Crown Group telah mempunyai portfolio proyek senilai 2,8 miliar Dolar AS setara Rp 28 triliun.
Prestasi ini disebut harian The Australian "..sedang menjadi salah satu pengembang perumahan terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Sydney." Saya berharap menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak, dan sekaligus membuktikan bahwa Indonesia bisa! Bukan hanya bisa bersaing tapi bisa menjadi 'benchmark" di pasar global!
Chief Executive Officer Crown Group Iwan Sunito punya kegemaran menulis. Saat bertemu dengan tim Tribun Network di Jakarta akhir pekan ketiga Februari silam, putra kelahiran Surabaya menunjukkan beberapa tulisan, berikut sistematikanya. Tulisan laki-laki yang dibesarkan di Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah tersebut disajikan dengan cara bertutur.
HARAPAN saya, melalui pengalaman hidup saya banyak teman teman di manapun mereka berada akan mengalami terobosan dari kondisi yang 'zero' menjadi 'hero' di bidang apa pun.
Walaupun pengalaman hidup seseorang adalah sesuatu yang spesifik bagi setiap individu, prinsip dan fundamental yang dapat digunakan untuk mengubah hidup seseorang mempunyai sifat yang 'umum' dan dapat diterapkan oleh setiap orang dalam situasi yang berbeda.
Saya dilahirkan di tahun 1966 di Kota Surabaya dan dibesarkan selama 12 tahun di daerah terpencil Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Setelah saya menamatkan SD di Pangkalan Bun, saya kemudian pindah dan meneruskan sekolah tingkat SMP dan SMA di kota Surabaya.
Di tahun 1984, sewaktu saya berumur 18 tahun saya hijrah ke Australia untuk mengambil pendidikan sekolah menengah atas (SMA 3) di Sydney.
Ini merupakan suatu tantangan yang besar bagi saya yang semasa SD, SMP dan SMA mempunyai prestasi nomor satu dari belakang. Semenjak SD, SMP dan SMA, saya selalu mengalami kesulitan untuk bisa mencapai prestasi yang baik.
Pada waktu itu saya berkata pada diri saya sendiri "Saya bosan dibilang orang bodoh dan saya mau melihat terobosan dari keterbatasan di masa lalu saya di negara yang baru".
Bersekolah di negara Australia yang mempunyai aksen bahasa Inggris lokal yang kental dan unik merupakan tantangan yang menarik dan sekaligus memberikan pengalaman yang lucu bagi saya.
Contohnya ucapan "How are you today?" Dengan aksen orang Australia akan terdengar seolah-olah berkata "How are you to dai (seperti berkata 'die'). Sehingga bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia akan menjadi "Bagaimana kamu mau mati?" Terlebih lagi perkataan-perkataan mereka yang tidak ada dalam kosakata umum seperti contohnya istilah-istilah keuangan.
Saya pernah mendengar cerita salah satu orang Indonesia yang pergi ke bank untuk mengambil uang tunai.
Khawatir tentang uang?
Ingin menghasilkan uang dengan mudah? Ingin bekerja separuh waktu anda? Menghasilkan uang tanpa mengganggu pekerjaan anda lainnya? Strong Future International. Persiapan GRATIS. Mulai melihat uang dalam beberapa minggu. Tidak perlu banyak berfikir lagi. Cepat pelajari lebih lanjut di:
www.sfi4.com/12681490/FREE
 
Sang karyawan bank lalu bertanya "How do you like the money?" Yang maksudnya adalah "Anda ingin uangnya dalam pecahan nominal berapa? $100 atau $50?"
Tetapi orang Indonesia itu berpikir pertanyaannya adalah "Kamu suka tidak dengan uang?" Dengan mantapnya orang Indonesia itu lalu berkata 'I like it very much". Sang karyawan bank sambil tertawa pun berkata "I like it very much too".
Contoh lainnya 'bunga bank' yang bahasa inggrisnya adalah 'Interest'. Saya mendengar cerita tentang satu orang Indonesia yang pergi ke bank untuk menanyakan tentang besarnya bunga bank.
Dengan beraninya orang Indonesia itu berkata kepada karyawan bank "How much is your flower?"
Karyawan bank tersebut pun menjadi bingung dan sambil tertawa ia berkata "we don't sell flower here.. ha ha ha. (tribunnews/domu d ambarita)


Iwan Sunito Sukses Di Australia

http://feway.blogspot.com/2012/10/harga-dan-spesifikasi-samsung-galaxy.html

TIDAK banyak orang Indonesia yang mampu menorehkan kesuksesan di negeri orang. Namun Iwan Sunito, adalah orang yang beruntung bisa menjadi salah satu yang sedikit itu. Bayangkan, hanya bermodal sikap optimistis dan sedikit nekad, pria kelahiran Surabaya ini berhasil membangun kerajaan properti untuk kelas menengah atas di Sydney, Australia.

Di bawah bendera Crown International Holdings Group, Iwan mengendalikan perusahaannya ini di negara bagian New South Wales dan Sydney. Pendapatan perusahaan tahun lalu Rp 3 triliun dan tahun ini diprediksi mencapai Rp 5 triliun.

Kini, Crown maju dan menjadi pemain properti yang disegani di Australia. Iwan merintis bisnis Crown sejak 16 tahun lalu, setelah dia menamatkan kuliahnya di University of New South Wales (UNSW), Australia.

Tentu saja kesuksesan pria 46 tahun ini dalam membangun Crown tidak terjadi dalam semalam. Ia sudah meniti karier di bisnis properti sejak lulus kuliah di University of New South Wales (UNSW), Australia.

Di sela persiapan roadshow pameran tiga proyek properti Crown International di Hotel Sheraton Surabaya pada Sabtu (2/3/2013) ini, MAPPI Jatim berhasil mewawancarai Iwan Sunito terkait kesuksesannya di negeri Kanguru itu. Berikut penuturannya.

Jika menengok ke masa kecilnya, seperti tidak menyangka bahwa Iwan bisa sesukses sekarang. Dulu ia harus berjuang melawan dirinya sendiri. Sebab, Iwan bukanlah termasuk siswa berprestasi. Waktu itu ia bahkan sempat minder dengan prestasi akademiknya. “Saya sempat tidak naik kelas saat SMA karena malas,” katanya.

Tapi, kecelakaan saat liburan menjadi titik balik yang membuat hidupnya berubah. “Saat tidak naik kelas, saya main ke Bali, lalu di sana tabrakan,” kata Iwan. Ia terbaring sekarat di rumah sakit selama lima hari. Pengalaman itu membuatnya sadar akan tujuan hidupnya. Ia merasa Tuhan mengizinkan hidup untuk suatu alasan.

Iwan menempuh pendidikan dasarnya (SD) di Pangkalan Bun. Kalteng. Kemudian melanjutkan ke SMP Parwita, Surabaya. Selanjutnya, dia meneruskan ke SMA St Louis, Surabaya.

Setelah lulus dari SMA St. Louis Surabaya, Iwan meminta restu orang tuanya untuk kuliah ke Australia. Ia berencana mengambil gelar sarjana arsitektur di Negeri Kanguru itu. Sebenarnya, menjadi arsitek bukanlah pilihan utama. Cita-cita Iwan adalah menjadi insinyur pesawat terbang. Kebetulan, hobinya adalah merancang gambar pesawat.

Pada tahun pertama hingga ketiga kuliah, Iwan sempat kerepotan mengikuti pelajaran sehingga nilainya tidak memuaskan. Tapi, ia tidak pernah kehilangan motivasi. Sang ibu senantiasa mendukung dan menyemangati-nya. Akhirnya, ia lulus dengan baik dari UNSW.

Setamat strata satu, Iwan lantas meneruskan pendidikan strata dua di bidang manajemen konstruksi, tetap di Australia. Selama kuliah, mantan koki sate ini tetap rajin menjual jasanya sebagai arsitek lewat proyek-proyek individual. Misalnya, mendesain dapur dan kamar mandi. “Sewaktu mengambil master of construction management, saya mengerjakan rumah mewah pertama,” ungkapnya bangga.
Setelah lulus strata dua pada tahun 1993, Iwan tidak berpikir untuk kembali ke Tanah Air. Ia memilih bekerja di perusahaan arsitek di Australia. “Saya melihat banyak peluang di Sydney,” tuturnya. Di kota itu, ia ingin menjadi pengusaha mandiri.


Karena itu, baru enam bulan bekerja, Iwan memilih mengundurkan diri dan mendirikan perusahaan arsitektur sendiri bernama Joshua International. “Menjadi entrepreneur sesuai dengan visi saya, secara moral maupun ekonomi,” katanya.

Awalnya, proyek perumahan kecil berisi 5-6 unit rumah yang diincar. Akan tetapi, ketika sudah menemukan lokasi yang cocok, Iwan tak jadi membelinya. Alasannya, “Harganya terlalu mahal. Saya tidak berani membeli,” ungkap dia.

Tahun 1996, ia menemukan tanah yang cocok untuk membangun 55 unit rumah di daerah Bondi Junction dengan harga Aus$28 juta. “Ini nilai proyek pertama saya,” ujar Iwan.
Jalan bisnisnya semakin lapang usai bertemu Paul Sathio, seniornya di UNSW, yang juga orang Indonesia. Paul yang sudah 10 tahun terjun di bisnis properti mengajak Iwan mendirikan perusahaan properti.
http://feway.blogspot.com/2012/10/harga-dan-spesifikasi-samsung-galaxy.html

Karena margin menjadi arsitek terbilang tipis, Iwan menerima pinangan itu dan mengubah bisnisnya menjadi perusahaan properti. Setelah mengerjakan beberapa proyek, tahun 1996, ia membuat perusahaan induk bernama Crown International Holding Group. “Dengan menjadi grup besar, kami bisa mengerjakan proyek besar dan menunjukkan brand kami,” katanya.

Meski begitu, ada cobaan paling berat saat krisis properti pada tahun 2004. “Pasar berpindah ke kota lain yang banyak pertambangan,” kata Iwan. Harga properti jatuh dan banyak proyek yang tidak laku. Banyak perusahaan properti bangkrut lantaran sepi pembeli. Beberapa proyek baru melambat karena kesulitan pembiayaan.

Dari krisis ini, Iwan melihat peluang. Ia lantas menata strategi perusahaan dengan memberdayakan agen properti handal yang hampir kehilangan pekerjaan saat krisis. Ia juga membeli tanah murah tanpa utang. “Gabungan motivasi, strategi serta branding yang kuat membuat kami bertahan dan maju,” katanya.

Iwan berkisah, bukan perjuangan mudah menjadi pengusaha di negeri orang. Ia merasa harus banyak belajar. Untungnya, sistem pemerintahan Australia memudahkannya membangun bisnis. “Di Australia, proses izin sangat transparan. Kalau toh tidak diizinkan, di sana ada pengadilan sistem yang bisa memutuskan. Jadi, tidak ada sistem yang dimanipulasi,” paparnya.

Ini berbeda dengan di Indonesia, yang ia dengar sering dijumpai hal-hal ganjil. Sekadar mengambil contoh, soal sertifikat ganda, di Indonesia sudah umum terjadi. Sementara di Australia, itu merupakan tindak kejahatan yang bisa diajukan secara hukum.

Dalam pandangan Iwan, orang yang sudah terbiasa dalam iklim bisnis seperti di Australia, akan mendapat hambatan besar jika masuk ke pasar di Indonesia. “Tidak sebanding antara keuntungan dan risikonya,” ujarnya berseloroh.

Sejauh ini, ia belum terpanggil untuk berbisnis di negeri sendiri. “Saya harus berpikir banyak. Paling tidak, saya harus mengerti sistem di Indonesia,” tuturnya serius. Terlebih, banyak hal yang membuatnya bingung. Umpamanya, dalam hal jual-beli tanah. Di Australia, disebutkan Iwan, proses pembelian tanah hanya membutuhkan waktu tiga hari. Sementara di Indonesia, ia menduga, mungkin bisa memakan waktu sampai berbulan-bulan.

Kendati demikian, bukan lantaran itu ia takut memulai bisnis di Indonesia. Alasan yang sebenarnya, “Saya sudah lama di Australia dan tahu benar peta geografi negeri ini, serta peluang yang ada di sana,” tegas Iwan.

Di tangannya, kini Crown telah menjadi salah satu dari tiga pengembang besar di Australia. . Saat awal berdiri, proyek pengembangan hanya senilai US$ 25 juta, tapi sekarang sudah mencapai US$2,5 miliar. Pendapatan perusahaan tahun lalu Rp 3 triliun dan tahun ini diprediksi mencapai Rp 5 triliun.
Saat ini, Crown telah dan tengah membangun 9 proyek yang bernilai Rp 25 triliun. Misalnya, V by Crown di Parramatta senilai Rp 10 triliun, Sanctrum di Rhodesm Viking di Waterloo, Top Ryde City Living di Pope Street dan masih banyak lagi.

http://feway.blogspot.com/2012/10/harga-dan-spesifikasi-samsung-galaxy.html

Meski memegang jabatan penting di perusahaannya, sosok Iwan o masih tampak low profile atau rendah diri. Tak jarang dia turun langsung ke lapangan menangani berbagai hal urusan kantor tanpa didelegasikan ke bawahannya.

Untuk urusan keluarga, pria ini sangat peduli. Sesibuk apapun, dia masih menyempatkan waktu untuk buah hatinya. Bahkan sampai sekarang. Iwan masih rutin mengantar anaknya ke sekolah. Baginya, menjadi seorang CEO tidak lantas memiliki jarak dengan berbagai kehidupan aktivitas yang ada, sebaliknya justru membuat dia harus lebih bertambah bijak.

Bermukim dan berkarya di tanah orang, tentu rasa rindu dengan kampung halaman selalu mendera. “Saya kangen sekali dengan suasana di Pangkalan Bun, tempat saya tumbuh dan bermain waktu saya masih kecil,” ujar Iwan.

Sekali waktu, ketika sempat datang ke Indonesia. Iwan tidak lupa untuk menyempatkan diri ke kampung halamannya dan mengajak ketiga anak serta istrinya. Salah satu wujud kecintaan Iwan dengan kampung halamannya akan diwujudkan ke dalam sebuah buku biografinya yang berjudul Dari Desa Menuju Sydney. “Buku itu nantinya akan berkisah tentang perjalanan hidup saya sejak kecil, hingga sampai menjadi pengusaha properti di negeri orang.” jelasnya.
Terakhir Iwan pun membagikan kunci suksesnya. Dalam pandangan dia, fokus adalah kunci kesuksesan orang-orang besar. “Jadi, jika ingin menggambarkan diri, saya itu; focus, passionate, hard worker,” tutup dia.
 


THANKS FOR ALL
\M/

{ 1 komentar... read them below or add one }

Unknown said...

Tempat Kursus Website, SEO, Desain Grafis 2015

Post a Comment